Navigation


RSS : Articles / Comments


Wong Fei Hung ( Faisal Hussein Wong) adalah Muslim

23.03, Posted by BloGnya Anak STAN, 2 Comments

Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.



Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus.

Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri.

Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya.

Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Alah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.

Aku Seperti Engkau....

07.59, Posted by BloGnya Anak STAN, One Comment

Aku seperti engkau,
Adakah manusia mengiraku berbangga jika aku serupa denganmu sedangkan mereka berbangga menyerupai api?

Aku seperti engkau dan kita dituduh atas sesuatu yang tidak kita lakukan,

Aku seperti engkau; hasratku, mimpiku, naluriku, perangaiku,

Aku seperti engkau,
meski senja tidak memahkotaiku dengan awan-awan kencana,
Aku seperti engkau,
walau pagi tak menghiasi pakaianku dengan sinar mawarnya,

Aku seperti engkau,sekalipun aku tak bersabuk bimasakti,

Aku malam yang tergerai, terbentang, tenang, risau,
Gelapku tak berawal dan kepekatanku tiada akhir,
Jika roh-roh tegak berkilau dengan cahaya suka citanya,
Jiwaku meninggi, membeku bersama gelap kedukaannya,
Aku seperti engkau,
Dan pagiku takkan datang hingga berakhir ajal.


paijo armando 23082010

Daerah Istimewa Yogyakarta, Mengapa Harus Istimewa?

14.57, Posted by BloGnya Anak STAN, 2 Comments

Yogyakarta menjadi termasyur karena jiwa kemerdekaannya. Hidupkanlah terus jiwa kemerdekaan itu!" (Presiden Soekarno)



YOGYAKARTA memainkan peran kunci pada masa-masa awal berdirinya Republik Indonesia. Bahkan, bisa dikatakan bahwa Yogyakarta merupakan salah satu (bukan satu-satunya) fondasi bagi terbangunnya republik ini. Hal itu karena "nagari" Yogyakarta sudah ada sebelum RI ada. Belanda sendiri mengakui eksistensi kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat tersebut. Karena itu, dukungan Sultan HB IX dan Paku Alam VIII terhadap RI memberi kontribusi sangat besar bagi berdirinya bangsa ini.

Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, HB IX dan PA VIII mengirimkan telegram via KRT Honggowongso kepada Presiden. Pertama, mengucapkan selamat atas berdirinya RI. Kedua, menyatakan sikap politik untuk bergabung dengan RI dan sebagai pimpinan daerah keduanya akan bertanggungjawab langsung kepada Presiden. Keputusan untuk bergabung dengan RI jelas menunjukkan bahwa HB IX dan PA VIII adalah para pemimpin dari sebuah daerah yang secara politis mempunyai otonomi tersendiri.

Dengan kata lain, seandainya pada waktu itu dwi tunggal ini tidak mau bergabung, sejarah RI akan berbeda. Apalagi, Belanda kemudian memberikan iming-iming kepada HB IX untuk menjadi penguasa atas seluruh Jawa dalam negara baru yang hendak didirikan kembali oleh si penjajah tersebut. Namun, HB IX dan PA VIII sudah berbulat tekad untuk mendukung dan membangun RI. Presiden Soekarno sangat menghargai keputusan itu sehingga memberikan "Piagam Kedudukan" kepada HB IX dan PA VIII.

Piagam itu resmi ditandatangani Presiden pada tanggal 19 Agustus 1945, namun utusan yang membawanya (Menteri Mr Sartono dan Menteri Mr Maramis) baru sampai di Yogyakarta pada tanggal 6 September 1945. Sebelum Piagam itu sampai, HB IX sudah menggerakkan seluruh rakyat Yogyakarta untuk membentuk "Laskar Rakyat" guna mendukung Tentara Keamanan Rakyat. Untuk itu, HB IX mengeluarkan Maklumat No 5 Tanggal 26 Oktober 1945 yang dibaharui dengan Maklumat No 8 Tanggal 7 Desember 1945. HB IX dan PA VIII beserta segenap rakyat Yogyakarta bukan hanya menyatakan bergabung dengan RI, namun secara nyata berjuang untuk tegaknya bangsa Indonesia.

Bagi HB IX, tindakan itu sudah menjadi visinya sebagai seorang Senapati Ing Ngalogo (Panglima Perang). Karena itulah Presiden Soekarno memberi apresiasi sangat tinggi atas perjuangan Yogyakarta. Mengungsi ke Yogya Presiden Soekarno, wakilnya, para menteri dan para tokoh pimpinan nasional RI menaruh kepercayaan dan pengharapan pada Yogyakarta. Ketika itu, situasi sedemikian gawat karena tentara Belanda merajalela dan melancarkan aksi-aksi teror di Jakarta. Sementara itu, pasukan marinir Belanda mendarat di Tanjung Priok pada tanggal 30 Desember 1945 dan segera melancarkan aksi-aksinya untuk kembali merebut Indonesia.

Dalam keadaan darurat itu, Bung Karno mengirim kawat kepada HB IX, menanyakan apakah sekiranya Yogyakarta sanggup menerima Pemerintahan RI karena situasi di Jakarta sudah tidak memungkinkan lagi. HB IX menyatakan sanggup dan bahkan segenap rakyat Yogyakarta sanggup untuk membela kewibawaan Pemerintahan RI. Akhirnya, pada tanggal 4 Januari 1946, Yogyakarta resmi menjadi Ibukota Republik Indonesia. Pagi-pagi benar, Bung Karno, Bung Hatta, dan segenap kerabat mengungsi ke Yogyakarta. Segenap menteri juga hijrah secara diam-diam ke Yogyakarta.

Namun, Perdana Menteri Sjahrir untuk sementara tetap tinggal di Jakarta. Sejak tanggal itu, Yogyakarta benar-benar memfasilitasi jalannya Pemerintahan RI. Keluarga Bung Karno dan Bung Hatta tinggal sementara di Pura Pakualaman. Putri Bung Karno (Megawati) dan putri Bung Hatta (Mutia Hatta) yang di kemudian hari menjadi para pemimpin, lahir di Yogyakarta. Pihak Kraton Yogya memperbaiki istana Gedung Agung yang waktu itu rusak karena dibom Jepang. Setelah layak dipakai, Bung Karno tinggal di istana kepresidenan tersebut, dan Bung Hatta di dekatnya. Selama masa Pemerintahan RI di Yogyakarta, perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan memasuki tahap yang paling menentukan.

Ketika Belanda melakukan agresi (19 Desember 1948), Presiden dan Wakil Presiden ditangkap. HB IX tidak ditangkap dan kelanjutan RI bergantung pada kepemimpinannya. HB IX berpesan kepada Mr Soedarisman Poerwokoesoemo (walikota) bahwa kalau keadaan gawat, serahkan kepada Sultan. Meski kemudian Mr Safruddin Prawiranegara (Menteri Kemakmuran) ditunjuk untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatera, kondisi vakum di Yogyakarta sangat membahayakan eksistensi RI.

Pada waktu itu, HB IX melakukan tindakan paling menentukan. Saat dibujuk dan ditawari Belanda untuk menjadi Wali Negara atas Jawa, HB IX menolak mentah-mentah. Utusan-utusan Belanda yang datang melobi - EM. Stok, Dr Berkhuis, Kolonel Van Langen - ditolak oleh Sultan. Sikap anti kolonial HB IX dan PA VIII didukung penuh rakyat Yogyakarta. Selanjutnya, melalui Serangan Umum 1 Maret 1949, Yogyakarta menjadi penentu tumbuhnya pengakuan internasional atas tegaknya RI. Dalam serangan taktis itu, HB IX adalah aktor intelektualnya. Terhitung dari tanggal 19 Desember 1948 sampai tanggal 30 Juni 1949, perjuangan rakyat Yogyakarta untuk Indonesia telah menjatuhkan korban tewas 2.718 orang, korban luka berat 736 orang, korban hilang 539 orang, serta menghabiskan dana perang sebesar Rp 332.684.450 (Sujamto, 1988, hal 254).

Jangan Lupakan Sejarah! Mungkin, kalau Bung Karno masih hidup, beliau akan mengulangi pernyataannya yang terkenal itu: "Jangan sekali-kali melupakan sejarah" (Jasmerah). Pada awal berdirinya RI, para pemimpin saat itu sangat menghargai sejarah, baik sejarah nasional maupun sejarah lokal. Buktinya, dalam Undang-Undang Dasar 1945, meskipun disusun dalam keadaan darurat, dibuat dengan sangat memperhitungkan aspek sejarah. Pada pasal 18 UUD 1945, diakui adanya daerah-daerah yang mempunyai susunan asli. Bahkan disebutkan bahwa di Indonesia minimal ada 250 daerah zelfbesturende dan volksgemeenschappen seperti "desa" (Jawa), "nagari" (Mianngkabau), "dusun" dan "marga" (Palembang).

Salah satu faktor mengapa Undang-undang Keistimewaan Yogyakarta tak kunjung selesai adalah kurangnya apresiasi terhadap sejarah. Bangsa ini telah terbiasa mendistorsi sejarah, sehingga antara "history" dan "his-story" menjadi kabur. Kiranya para pemimpin di negeri ini berbicara jujur tentang sejarah dan menjadikannya pertimbangan penting dalam setiap pengambilan keputusan. Bukannya merekayasa sejarah atau mereduksi sejarah demi kepentingannya sendiri-sendiri!


SAYA PETUGAS PAJAK DAN SAYA BUKAN KORUPTOR!!!

10.13, Posted by BloGnya Anak STAN, One Comment

Terinspirasi dari sebuah pengalaman seorang mahasiswa D IV ketika menunggu hasil fotokopi skripsi di Jalan Ceger (depan Gerbang STAN), seorang bapak-bapak dari jarak dua meter dari tempat mahasiswa itu berdiri bertanya:

"Mahasiswa STAN ya?"
"Iya Pak"
"Adik kelasnya Gayus ya?"
"Kok tau sih pak?? cuman selisih 4 tahun"
"Calon koruptor ya kamu?"
"Jangan asal ngomong!!!. Gak semuanya seperti Gayus, Pak!!!"
"Ah ga percaya!!!, saya yakin hampir 99% mahasiswa STAN itu calon koruptor"
"Grrrrrr…..???!!!@@#$%"





Demikianlah teman, pengaruh kasus seorang Gayus terhadap adik kelasnya ... Jadi tidak heran ketika kemudian seorang ibu-ibu yang mengenakan seragam kantornya diteriaki maling. Tidak terkejut ketika mendengar ada seseorang pegawai pajak yang lupa melepas name tag nya diteriaki maling. Tidak terpana dulu kalau ada bus yang berhenti di depan Kantor Pusat Ditjen Pajak, kondekturnya bilang Pajak...Pajak!! Namun setelah kasus Gayus, sekarang kondektur itu berteriak Gayus... Gayus!!

Alangkah malangnya seorang pegawai pajak yang mengalami kecelakaan dan tak ada seorang pun yang menolongnya, hanya karena dia PETUGAS PAJAK!

Inilah fenomena yang terjadi di negeri kita teman, masyarakat telah menggeneralisir semua Pegawai Pajak, semua mahasiswa STAN, semua pegawai Kemenkeu adalah seorang koruptor ...

Untuk itu, saya menantang teman-teman semua untuk membuat status di FB dengan kalimat:

SAYA MAHASISWA STAN, DAN SAYA BUKAN (CALON) KORUPTOR!

atau

SAYA PETUGAS PAJAK, DAN SAYA BUKAN KORUPTOR!

atau

SAYA PEGAWAI KEMENKEU, DAN SAYA BUKAN KORUPTOR!

Tidak perlu adanya grup berjudul SAYA PETUGAS PAJAK, DAN SAYA BUKAN KORUPTOR!, hanya perlu sedikit nyali dalam hati untuk kemudian dengan lantang mengatakan "SAYA PETUGAS PAJAK, DAN SAYA BUKAN KORUPTOR!"

Biarlah itu menjadi cambuk bagi diri kita, tidak hanya disaksikan oleh Allah, tapi oleh semua teman di FB kita.

Terinspirasi dari film My Name is Khan,,Beranikah Anda Melakukannya?

ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK

13.19, Posted by BloGnya Anak STAN, One Comment

Pembayaran zakat bisa mengurangi penghasilan kena pajak. Tetapi tidak semua pembayaran zakat bisa mengurangi penghasilan kena pajak. Hanya pembayaran zakat ke lembaga amil zakat yang dapat diperhitungkan. Berikut ini adalah kutipan dari SE-80/PJ/2010 tanggal 23 Juli 2010 :

a. Zakat atas penghasilan yang dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri pemeluk agama lslam dan/atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang dimiliki oleh pemeluk agama lslam kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena
Pajak;

b. Apabila zakat tidak dibayarkan kepada badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah maka zakat tersebut tidak dapat dikurangkan dari Penghasilan Kena Pajak;

c. Wajib Pajak yang melakukan pengurangan zakat atas Penghasilan Kena Pajak, wajib melampirkan foto kopi bukti pembayaran zakal dari badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah sebagai penerima zakat pada Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak dilakukannya pengurangan zakat atas penghasilan tersebut.

WUJUDKAN MASYARAKAT SADAR DAN PEDULI PAJAK