Navigation


RSS : Articles / Comments


Laskar Pelangi, Wajah Buram Pendidikan Bangsa

10.03, Posted by BloGnya Anak STAN, No Comment

Menarilah dan terus tertawa

Meski dunia tak seindah surga

Bersyukurlah pada yang Kuasa

Cinta kita didunia….selamanya

Laskar pelangiku...tak kan terikat waktu

(Potongan syair OST Laskar Pelangi)

Laskar pelangi, sebuah novel yang ditulis oleh Andrea Hirata yang kemudian difilmkan oleh sutradara terkenal Riri Riza. Laskar Pelangi menceritakan tentang 10 anak miskin Belitong yang mempunyai tekad baja untuk tetap bisa bersekolah meski kemiskinan menyelimuti mereka.

Belitong adalah sebuah daerah penghasil timah terbesar di negeri ini yang kehidupannya diwarnai gap antara si kaya dengan si miskin. Antara buruh tambang dengan pegawai PN Timah. Dinding pemisah itu sangat kental, sungguh gambaran yang memilukan. Buruh-buruh tambang enggan menyekolahkan anak mereka, selain biaya yang mahal, mereka beranggapan sekolah tidak ada gunanya toh anak mereka bakal menjadi buruh tambang juga. Sungguh pandangan kolot yang masih dianut penduduk negeri yang telah merdeka 63 tahun silam. Walau begitu Lintang, Ikal, Sahara, Kucai, Harun, Samson, Mahar dan anggota laskar pelangi lain tidak patah arang, mereka tetap bertekad untuk tetap bersekolah. Prinsip mereka satu,, sekolah dapat mengubah hidup mereka menuju kearah perubahan yang lebih baik. Mereka masih tetap semangat meskipun hanya bersekolah di SD Muhammadiyah Gentong yang kondisinya sungguh mengenaskan. Kelas yang hampir roboh, atap bocor disana-sini, tembok kelas yang penuh dengan tambalan. Kondisi bangunan yang lebih cocok untuk kandang kambing bukan untuk tempat belajar mengajar. Kondisi sekolah tak mematahkan semangat mereka tuk tetap bersekolah, bersama Bu Muslimah mereka tetap semangat tuk menimba ilmu pengetahuan.

Mungkin gambaran yang diungkapkan dalam novel mapun film laskar pelangi tidak hanya di alami oleh SD Muhammadiyah Gentong. Banyak sekolah di negeri ini yang mengalami hal serupa. Ketiadaan biaya menyebabkan sekolah tidak dapat menyediakan fasilitas pendidikan yang layak.

Pemerintah mengklaim telah mengucurkan dana bantuan untuk SD dan SMP yang mereka sebut BOS, Bantuan Operasional Sekolah. Dana BOS ditujukan untuk membantu kegiatan operasional sekolah. Diharapkan dengan adanya dana bantuan ini sekolah dapat menyediakan fasilitas yang layak untuk kegiatan belajar mengajar. Sayang harapan tinggallah harapan, BOS tidak mampu mengatasi masalah pendidikan yang telah lama menghantui. Mental korup yang telah mendarah daging menyebabkan dana itu tidak tepat sasaran. Kebocoran disana-sini menyebabkan dana yang di kucurkan dari pusat besarnya tidak sama dengan yang diterima sekolah. Sungguh memalukan!!!.

Biaya pendidikan yang selangit menyebabkan si miskin tidak mampu menyekolahkan anak-anak mereka. Ada anekdot yang berbunyi “Orang Miskin Dilarang Sekolah”. Jika kondisi ini terus dibiarkan, bangsa ini hanya berjalan di tempat alias tidak maju-maju. Saat bangsa lain telah berlari bangsa kita hanya dapat menontonnya saja. Pendidikan yang hanya didominasi orang-orang yang berduit menyebabkan bangsa kita tidak dapat bersaing dengan bangsa lain. Kemajuan secara menyeluruh dalam tubuh bangsa ini tidak dapat terwujud. Apalagi saat ini adalah era persaingan bebas, dimana setiap bangsa dapat bersaing dengan bangsa. Termasuk mendirikan perusahaan ataupun berusaha di negara lain. Ketidakmampuan bangsa ini bersaing menyebabkan putra-putri bangsa hanya menjadi kuli-kuli bagi orang asing. Kondisi bangsa Indonesia ibarat orang asing di negara sendiri. Mereka tidak mampu menjadi tuan di negri sendiri karena ketidakmampuan dalam bersaing dengan orang asing yang berbondong-bondong masuk ke Indonesia. Seperti kita ketahui bersama UUD 1945 telah mengamanatkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Pembangunan fisik yang lebih ditonjolkan oleh pemerintah tanpa memperhatikan pembangunan moral, spiritual dan softskill rakyatnya menyebabkan kondisi bangsa semakin terpuruk. Ironis sekali!!!.

Sosok guru yang bernama Bu Muslimah dapat dijadikan teladan bagi guru-guru lain di negeri ini. Sosok yang pantang menyerah, rela berkorban dan ikhlas dalam mengabdikan diri demi pendidikan. Beliau sadar pendidikan dapat memutus rantai kemiskinan yang menjerat murid-muridnya. Seorang guru yang dengan ikhlas mengajar meski gaji 2 bulannya belum dibayarkan. Pertanyaannya sekarang, adakah sosok guru sekaliber Bu Muslimah?. Masalah kesejahteraan guru menjadi salah satu bahan perbincangan utama dalam masalah pendidikan di negeri ini. Banyak guru yang selain mengajar, mereka juga berprofesi sebagai tukang ojek, pemungut sampah, pedagang dan profesi lainnya. Yang menjadi pertanyaan sekarang, masihkan mereka mampu memberikan pelayanan terbaiknya kepada calon penerus bangsa?. Masihkan mereka dapat mengajar dengan tenang sementara gaji yang diterima tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Dengan tingkat kesejahteraan yang minim, masihkah mereka mampu mentransfer ilmu kepada murid-muridnya dengan baik saat harga sembako semakin naik, biaya pendidikan anak mereka selangit, anak mereka sedang sakit dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit serta masalah lain yang senantiasa menghampiri guru di Indonesia, masihkan mereka dapat mengajar dengan tenang?. Sudah seharusnya pemerintah memperhatikan nasib guru di Indonesia, utamanya guru swasta, guru bantu dan guru honorer di negeri ini. Dari data yang ada terlihat rasio yang menunjukkan bahwa jumlah guru swasta, guru bantu dan guru honorer lebih besar daripada guru negri. Ini menggambarkan bahwa sebenarnya guru negri jumlahnya sangat sedikit. Tugas pemerintah adalah mengangkat guru swasta, guru honorer dan guru bantu menjadi guru negri yang berstatus PNS. Jasa kepada anak-anak bangsa yang diberikan guru swasta, guru honorer dan guru bantu sama dengan jasa yang diberikan guru negri. Bahkan mungkin bisa lebih besar. Asal tau saja guru-guru yang bertugas di pedalaman tidak berstatus sebagai guru negri namun lebih banyak yang berstatus sebagai guru bantu maupun guru honorer, celakanya pusat tidak mengetahui akan hal ini.

Indonesia adalah negara yang unik. Apa yang menyebabkan keunikan itu??. Kurikulum di Indonesia tiap tahun ajaran senantiasa berganti. Mulai dari kurikulum CBSA, kurikulum 1998, kurikulum 2000, KBK dan entah kurikulum apa yang di pakai saat ini. Celakanya harga buku pelajaran selangit. Si miskin tidak mampu membelikan buku anaknya. Ada kabar bahwa pemerintah telah membeli hak cipta sejumlah penerbit buku pelajaran sehingga pemerintah mengklaim harga buku pelajaran kini lebih bersahabat. Sebagai warga negara Indonesia tentu saja kita harus menyambut baik langkah pemerintah ini. Tetapi apakah guru-guru di Indonesia menggunakan buku-buku yang telah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah??. Jangan-jangan mereka menggunakan buku yang berbeda yang bisa saja harganya lebih mahal. Saat ini yang dibutuhkan adalah konsekuensi dari para guru untuk menggunakan buku-buku yang telah dibeli hak ciptanya oleh pemerintah. Tanpa upaya ini kerja keras pemerintah dalam menyediakan buku murah akan sia-sia.

Dengan adanya novel mapun film Laskar Pelangi sudah seharusnya pemerintah tersadar akan masalah pendidikan di Indonesia. Tidak ada kemajuan yang signifikan di bidang pendidikan sejak 63 tahun silam. Akar permasalahannya adalah tidak dipenuhinya anggaran pendidikan sebesar 20 % dari APBN dan kebocoran disana-sini. Anggaran pendidikan sebesar 20 % dari APBN adalah harga mati. UUD 1945 sebagai dasar konstitusi negara telah mengamanatkannya sehingga tidak ada alasan lagi bagi pemerintah untuk tidak melaksanakannya. Masalah tidak berakhir saat pemerintah memenuhi pagu anggaran pendidikan sesuai amanat UUD 1945. Dana sebesar itu akan sia-sia jika mental korup masih menempel dalam diri setiap warga negaranya. Mental korup harus dibersihkan dan dihilangkan sejak dari atas hingga bawah. Korupsi telah menyebabkan banyak gedung sekolah roboh. Korupsi telah menyebabkan setiap warga negara tidak dapat menikmati pendidikan yang layak. Korupsi telah mematikan cita-cita anak bangsa. Tiada cara yang paling tepat selain menyatukan tekad untuk bersama-sama memberantas korupsi. Korupsi yang menjadi simpul permasalahan bangsa khususnya di bidang pendidikan. (udie)

No Comment