Navigation


RSS : Articles / Comments


Saat ku harus meninggalkannnya

07.12, Posted by BloGnya Anak STAN, No Comment


Ku ingat hari itu adalah hari kamis tanggal 28 Agustus 2008, bertepatan dengan hari terakhir ujian akhir semester 4 Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, tempat dimana aku menimba ilmu. Selesai ujian, aku duduk sendirian di bangku taman CD bermaksud tuk melepaskan penat. Jangan kalian kira taman CD adalah taman yang indah dipenuhi dengan bunga dan di tengahnya terdapat air mancur. Taman CD adalah sebuah area yang letaknya diantara gedung C dan gedung D. Areal ini hanya ditumbuhi tiga pohon besar dan disekitar pohon tersebut disediakan bangku. Meski sederhana, tempat ini telah menjelma menjadi tempat yang vital bagi mahasiswa STAN. Di tempat inilah biasanya para mahasiswa membicarakan dinamika kehidupan organisasi maupun kampus. Di pagi hari, kalian kan mudah tuk menemukan mahasiswa melakukan rapat. Di waktu yang sama, tengoklah didepan gedung D, kalian kan mudah menemukan mahasiswi melakukan kegiatan yang lagi ngetrend di kampus STAN. Teman-teman aktivis menyebutnya mentoring. Kala sore tiba, tempat ini semakin ramai dengan kegiatan mahasiswa. Aktivis yang belum sempat ataupun belum puas berdiskusi di pagi hari, biasanya mereka meneruskannya lagi pada sore hari. Mahasiswa yang gila olahraga pun gak mau ketinggalan. Mereka melakukan ritual maen bolanya di tempat ini pula.

Saat itu mendung mengelayuti angkasa, aku tidak sendirian di taman CD. Beberapa mahasiswi berjilbab lebar asyik bercengkrama juga di tempat ini. Entah apa yang mereka bicarakan. Salah seorang diantara mereka ada yang menarik perhatianku. Mahasiswi itu berkulit kuning langsat, warna kulit yang biasa dimiliki wanita-wanita sumatera bagian selatan. Wanita itu memiliki tubuh yang ideal, artinya tidak gemuk dan tidak kurus. Tingginya pun tak lebih dari tinggi badanku. Senyuman sungguh manis sekali. Tak bosan diri ini tuk memandangnya. Sepertinya dia seangkatan denganku. Namun siapa namanya dan apa jurusannya. Itulah pertanyaan yang muncul kemudian.

Ketika aku sedang asyik menikmati wajah mahasiswi itu, tiba-tiba handphone di kantong celana kainku bergetar. Tak aku sangka ternyata ibu yang menghubungiku.

”Assalamu’alikum...” kataku

”Wa’alaikumsalam..gimana ujiannya nak??”

”Alhamdulillah sukses Bu, doakan saja semoga semester 4 ini aku dapat lulus dengan IPK yang memuaskan.”

”Amien, Ibu senantiasa mendoakanmu. Kapan pulang kampung??”

”Belum tau ni Bu, soalnya aku masih ada amanah di kampus.”

”Amanah apa?. Bukankah kalender akademik dari lembaga berakhir hari ini?”

”Aku mendapat amanah dari DP BLM(Dewan Pimpinan Badan Legislatif Mahasiswa-red) untuk menjadi Panitia Pengawas Daftar Ulang STAN 2008.

”Duit di ATM tinggal berapa?”

”Tinggal 500 ribu”kataku.

”Klo gitu bulan September gak usah di kirimin ya??”

”Cukupkan untuk pulang ke Jogja nanti??. Nanti kalo mau pulang ke Jogja kasih kabar ya.” kata ibu lagi.

”Jaga kesehatanmu udah mau bulan puasa.” kata ibu mengakhiri.

Terus terang aku saat itu mengalami dilema antara memutuskan untuk pulang kampung ataukah memutuskan tuk tetap melaksanakan amanah ini.

Tiap malam ibu terus menelpon diriku. Intinya meminta aku supaya pulang ke Jogja lebih cepat. Dilema yang bergejolak dalam diri pun semakin menggelora. Ya Allah berikanlah petunjukMu.

Tanggal 1 September 2008 adalah hari yang spesial untuk umat islam di seluruh dunia. Karena hari itu adalah hari pertama puasa ramadhan. Sedih rasanya tidak bisa menjalankan puasa pertama bulan ramadhan tidak bersama keluarga tercinta. Aku akui sejak aku menimba ilmu di kampus plat merah ini, aku belum pernah menjalankan puasa pertama ramadhan bersama keluarga.

Daftar Ulang STAN 2008 dimulai tanggal 8 September 2008, artinya aku masih harus menunggu seminggu lagi. Selama menunggu pelaksanaan Daftar Ulang STAN 2008, aku isi dengan kegiatan yang intinya hanya membuang-buang waktu dan tidak bermanfaat sama sekali. Seperti main game seharian, tidur, nonton TV, membuat desain kaos dan kegiatan lain yang bersifat hanya buang-buang waktu.

Hari pertama Daftar Ulang STAN 2008 pun tlah tiba. Kami tim Pengawas Daftar Ulang BLM STAN tlah bersiap dengan mendirikan tenda putih di taman CD. Maksudnya sih sebagai posko pengaduan. Jauh panggang dari api, alias tidak sesuai dengan harapan. Dari sekian banyak mahasiswa/mahasiswi baru yang mendaftar tidak ada satupun yang mengadu ke posko kami. Hanya kebosananlah yang terus menghantui kami.

Hari selasa malam tanggal 9 September 2008 tepatnya setelah tarwih, Ibu menelponku lagi. Kali ini Beliau benar-benar serius memintaku tuk segera pulang. Bahkan sampai menetapkan tanggal kepulanganku ke Jogja. Tanggal 11 September 2008 adalah tanggal yang telah ditetapkan menjadi tanggal kepulanganku ke Jogja. Mulut dan lidah ini terasa kelu tuk membantahnya. Masalah finasial yang semakin menipis juga menjadi faktor pendorongku tuk segera pulang ke Jogja.

Pagi harinya aku beranikan diri tuk menghadap ke DP BLM STAN dan ketua Panwas DU STAN 2008. Setelah aku jelaskan duduk perkaranya akhirnya kedua orang tersebut setuju dan aku dijinkan hanya menjadi ikut Panwas DU STAN 2008 hingga tanggal 11 September 2008 saja.

Tanggal kepulanganku pun tiba, dengan berat hati aku melangkah ke pool bis(tempat mangkal bis). Inilah dilema yang dialami seorang ketua komisi 1 BLM STAN antara mengemban amanah ataukah memenuhi panggilan orang tua, khususnya ibu. Maafkanlah diriku teman-teman, aku terpaksa melakukan hal ini karena aku tidak ingin menyakiti hati orang tuaku khususnya ibu. Aku tidak ingin menyakiti hati beliau. Aku tau jasa beliau sungguh besar kepadaku. Bukankah surga itu berada di bawah kaki ibu?.

Pagi yang dingin di kota Jogja, hilir mudik mbok-mbok pedagang pasar dan lalu lintas yang mulai ramai menyambut kedatanganku saat itu. Sudah hampir 4 bulan aku meninggalkan kota ini. Memang bukan waktu yang lama, namun kehangatan penduduk di kota inilah yang selalu membuatku rindu. Kehangatan yang tidak aku temukan di ibukota, tempat dimana kampus plat merah itu berada.

Liburan di Jogja aku rencanakan dari tanggal 12 September hingga 14 Oktober 2008. Sebulan lebih dua hari aku berada di kota Jogja. Waktu yang cukup panjang untuk melakukan refreshing setelah hampir 4 bulan berkutat dengan materi kuliah yang tak mengenal kata ampun di kampus Ali Wardhan(sebutan STAN-red). Sebenarnya waktu resmi yang diberikan lembaga hingga tanggal 26 0ktober 2008. Aku sengaja balik lebih cepat karena ada amanah untuk membimbing mahasiswa baru dalam Studi Perdana Memasuki Kampus 2008 atau yang lebih dikenal dengan Dinamika 2008.

Selama ramadhan 1429 H yang aku jalani di kota Jogja, hanya dua kali saja aku berbuka puasa dirumah. Selebihnya aku berbuka puasa bersama teman-teman lamaku. Percaya atau tidak, buka bersama di luar rumah hampir semuanya gratis. Hanya dua kali saja aku mengikuti buka bersama yang harus membayar. Entah atas alasan apa mereka bersedia tuk mentraktirku buka bersama. Aku hanya mengucapkan syukur kepada Allah karena masih ada orang-orang yang mau mentraktir diriku dan tak lupa berterimakasih kepada orang-orang yang baik hati ini.

Liburan ramadhan tahun ini begitu berkesan buatku. Pada liburan ini aku mulai belajar tuk membuat blog, friendster dan melakukan hal lain yang pada ramadhan tahun sebelumnya tidak aku lakukan. Contohnya berlatih karate yang extra berat dan bermain bola pada hari yang sama di bulan ramdhan. Sungguh hari itu menjadi hari yang berat untukku. Alhamdulillah keimanan tlah mengalahkan nafsu, sebagai hasilnya puasaku pada hari itu bisa full.

Hari yang fitri pun menjadi hari yang tak terlupakan buatku. Banyak sekali ucapan yang masuk hingga inbox handphone tidak mampu tuk menampungnya. Percaya atau tidak tuk membalas sms yang masuk, aku menghabiskan pulsa sekitar 20 ribu. Inilah rekor sepanjang hidupku.

Begitu pula saat hari-hari setelah idul fitri. Banyak hal dan kegiatan tak terlupakan lainnya yang telah aku lakukan. Sungguh andai aku bisa mengulang kegiatan itu, aku ingin mengulangnya hingga diri ini tak sanggup tuk melakukannya lagi.

Aku merasa waktu berjalan sangat cepat. Tak terasa aku telah berada di ujung liburanku. Banyak kenangan tak terlupakan selama liburan ini. Hal yang terberat adalah saat aku harus meninggalkan kota ini, teman-temanku dan kehangatan penduduknya.

Jogjaku tercinta, meski engkau kelak jauh dari pelupuk mataku, kehangatan dan keramahanmu selalu bersemayan dihatiku dan kan selalu membimbingku tuk kembali lagi.(udie/sebuah karya terakhirq sebelum meniggalkan jogja)

No Comment