Navigation


RSS : Articles / Comments


Refleksi 80 Tahun Sumpah Pemuda

10.09, Posted by BloGnya Anak STAN, No Comment

Hidup Mahasiswa!!!

Delapan puluh tahun silam pemuda dan pemudi negeri ini bersumpah bertumpah darah satu tanah air Indonesia, berbangsa satu bangsa Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia. Meski terdiri dari beberapa organisasi kepemudaan yang masih berbau kedaerahan seperti Jong Jawa, Jong Sumatra, Jong Kalimantan dan organisasi kepemudaan lain, mereka mampu bersatu padu untuk berjuang bersama mencapai kemerdekaan. Tanggal 28 Oktober 1928 telah dicatat dengan tinta emas dalam sejarah bangsa sebagai tonggak bersatunya pemuda dari seluruh pelosok negeri untuk bertekad meraih kemerdekaan yang mungkin saja sejak mereka dilahirkan di dunia belum pernah mereka rasakan.

Mereka sadar perjuangan fisik dan bersifat kedaerahan tidak relevan lagi untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda. Tanggal 20 Mei 1908 sebagai tonggak kebangkitan bangsa ditandai dengan adanya perubahan yang fundamental atas perlawanan bangsa terhadap penjajah Belanda. Perlawanan yang semula dilakukan secara fisik dan bersifat kedaerahan bermetaforsis menjadi perjuangan diplomatik dan bersifat nasional. Para pemuda sadar melawan Belanda dengan perlawanan senjata adalah perbuatan yang sia-sia dan tidak menghasilkan sesuatu yang signifikan. Hanya kerugian saja yang mereka peroleh. Kekuatan persenjataan Belanda dengan kekuatan persenjataan bangsa ini saat itu sangatlah tidak seimbang. Nekat melawan Belanda sama halnya bersiap untuk mati konyol.

Dengan gelora nasionalisme yang menyala di dalam dada setiap pemuda negeri ini pada saat itu dan keinginan untuk mengubah kondisi bangsa menjadi lebih baik, yaitu terbebasnya negeri ini dari belenggu penjajahan Belanda, mereka bertekad untuk terus melakukan perlawanan tanpa henti terhadap penjajahan Belanda. Mereka siap mengorbankan harta dan nyawa. Prinsip mereka hanya satu: hidup mulia atau mati sebagai syuhada.

Tekad itu pun berbuah manis, kemerdekaan Indonesia yang dirindukan sejak lama telah kembali ke pangkuan bangsa Indonesia. Kemerdekaan yang diperoleh dengan perjuangan keras para pahlawan. Kemerdekaan yang diperoleh dengan darah, keringat dan nyawa bangsa Indonesia. Sudah selayaknya kita menghargai dan menghormati jasa pahlawan serta mengisi kemerdakaan dengan karya dan bakti yang bermanfaat bagi negeri.

Namun lihatlah apa yang dilakukan pewaris negeri ini. Harapan tinggallah harapan. Karya dan bakti yang bermanfaat bagi negeri hanyalah angan-angan kosong. Lihatlah, berapa banyak pemuda yang mati sia-sia gara-gara racun bertopeng kenikmatan yang bernama narkoba. Berapa banyak pemuda-pemudi negeri ini yang terjerumus dalam kehidupan hedonis, freesex dan acuh atas kondisi yang melanda negeri ini.

Kekerasan yang dilakukan pemuda pun marak di media. Tawuran antar pelajar, tawuran antar mahasiswa, tawuran antar suporter dan tawuran antar kelompok pemuda menjadi hal yang biasa di negeri ini.

Pengganguran di Indonesia pun sebagian besar adalah para pemuda. Tiada lagi lapangan pekerjaan untuk pemuda negeri saat ini. Seharusnya para pemuda sadar bahwa pengganguran disebabkan kerena mereka enggan menciptakan lapangan kerja sendiri. Mereka lebih memilih menjadi PNS. Celakanya pendaftaran PNS itu tak kunjung datang.

Gelora nasionalisme dalam dada setiap pemuda negeri ini pun kini telah berubah menjadi gelora hedonisme. Dimanakah pemuda yang bertekad mengubah bangsa menuju kearah perubahan yang lebih baik ?. Dimanakah pemuda yang berjiwa seperti pemuda tahun 1928 ?. Dimanakah mereka?. Haruskah gelora nasionalisme didalam dada pemuda 1928 hanya menjadi bahan sejarah yang menumpuk dalam perpustakaan sekolah?. Apakah gelora nasionalisme itu tlah tercabut dari dada pemuda millennium negeri ini?. Sudah tidak adakah pemuda yang bertekad mengubah kondisi negeri ini menuju kearah kehidupan yang lebih baik??.

Kita semua berharap pemuda dengan semangat nasionalisme dan semangat perubahan negeri menuju kearah yang lebih baik masih dapat kita temui di bumi Indonesia tercinta.

Tantangan yang dihadapi pemuda saat ini lebih berat daripada tantangan yang dihadapi pemuda tahun 1928. Pemuda tahun 1928 hanya menghadapi penjajahan Belanda. Pemuda Indonesia saat ini menghadapi 2 tantangan besar sekaligus, tantangan internal maupun eksternal.

Tantangan Internal adalah tantangan yang berasal dari dalam diri setiap pemuda itu sendiri. Nasionalisme dalam diri setiap pemuda telah tergantikan dengan hedonisme, kapitalisme, liberalism dan individualisme. Baik pemerintah sebagai pemegang kekuasan maupun pemuda itu sendiri sebagai obyek tidak dapat dipersalahkan. Saat ini adalah era globalisasi, dimana setiap detik informasi yang terjadi dibelahan bumi selatan dapat diakses belahan bumi utara, begitu pula sebaliknya. Kebudayaan barat dapat dengan mudah masuk ke dunia timur. Fungsi pencasila sebagai filter kebudayaan yang masuk tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini dibuktikan dengan masih mudahnya kita menemukan kebudayaan barat yang tidak sesuai dengan pancasila di wilayah NKRI. Celakanya kebudayaan itu membawa misi hedonism, liberalism dan kapitalisme yang tentu saja tidak selaras dengan nilai-nilai luhur yang dianut bangsa ini. Sungguh ironis, jika pemuda bangsa ini lebih bangga dengan budaya barat dan menganggap orang-orang yang masih setia dengan budaya sendiri dicap sebagai orang yang norak, kolot dan tidak gaul. Padahal bangsa barat sendiri sudah mulai meninggalkan budaya mereka dan mulai belajar untuk mempelajari budaya timur yang lebih santun dan beradab. Lihatlah berapa banyak orang-orang barat yang mulai belajar gamelan?. Lihatlah berapa banyak orang barat yang mulai mempelajari cara membuat batik?. Jumlah orang barat yang mempelajari budaya timur khususnya budaya Indonesia tidak dapat dikatakan sedikit.

Mungkin sedikit ada rasa bangga dalam diri karena banyak orang barat yang tertarik dan mempelajari budaya Indonesia. Namun rasa miris lebih banyak daripada rasa bangga. Generasi muda sudah malas untuk mempelajari budaya nusantara. Mungkin suatu saat nanti kita akan menyaksikan pergelaran gamelan namun pemainnya semua adalah orang bule. Mungkin tidak masalah kalo yang memainkan orang bule namun apa jadinya kalo mereka mengklaim bahwa budaya itu adalah budaya mereka?.

Cara yang paling jitu dan tepat untuk mengatasi masalah internal adalah menumbuhkan kembali semangat nasionalisme dalam diri setiap pemuda. Salah satunya adalah dengan keteladan dari pemimpin negeri ini. Keteladan dari pemimpin pengaruhnya sangatlah besar dalam pembentukan karakter pemuda bangsa. Jika pemimpinnya saja sudah mempunyai semangat nasionalisme yang mengelora mustahil jika rakyatnya termasuk pemuda tidak mempunyai semangat nasionalisme yang sama. Mungkin pemimpin bangsa ini dapat meniru pemimpin Iran dalam mengobarkan semangat nasionalisme kepada rakyatnya. Penanaman nasionalisme sejak dini juga termasuk salah satu cara mengatasi tantangan internal. Jika sudah sejak dini mereka ditanamkan semangat nasionalisme, bahaya laten dari budaya barat dapat diminimalisir.

Tantangan eksternal adalah tantangan dari luar yang menyebabkan rusaknya generasi muda. Tantangan itu seperti maraknya peredaran narkoba, pornografi yang merajalela, masuknya film-film barat yang mengajarkan liberalism, hedonism, pornografi, individualism dan budaya kekerasan serta masuknya barang-barang lain ke negeri ini yang dapat merusak generasi muda.

Pemerintah, DPR dan aparat yang berwenang mempunyai otoritas penuh untuk memutus peredaran barang-barang itu. Tindakan tegas dari pemerintah dan pemberantasan tanpa pandang bulu yang diperlukan saat ini. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh pemerintah, DPR dan aparat terkait. Pemerintah dapat mengajukan usulan UU dan DPR akan mengesahkannya. Sayangnya barang-barang perusak moral dan akhlak generasi muda biasanya termasuk ke dalam barang-barang yang menguntungkan secara financial. Lihatlah berapa banyak pejabat yang terlibat dalam industry seks di negeri ini. Saking banyaknya pejabat yang berkecimpung di industry seks menyebabkan RUU Pornografi tidak segera disahkan. Seperti kita tahu RUU itu sudah ada sejak 5 tahun lalu. Sungguh memilukan kondisi negara ini.

Kepada seluruh pemuda bangunlah dari tidur kalian!!!.

Sinsingkan lengan baju!!!

Lihatlah reformasi 10 tahun lalu!!!peristiwa itu adalah buah karya para pemuda. Sudahkah kalian lupa dengan peristiwa Hotel Yamato, peristiwa Rengasdenglok, peristiwa Lapangan Ikada, peristiwa Tritura?. Peristiwa-peristiwa itu tidak akan pernah terjadi tanpa adanya keberanian dari para pemuda.

Wahai para pemuda!!!

Berikan seluruh tenaga dan pikiran yang kalian miliki tuk mengubah negeri yang sedang terpuruk dalam segala bidang. Negara menantikan karya bakti kalian. Kalian adalah pewaris negeri ini. Generasi tua sudah terlalu lemah untuk membangun dan memperbaiki kondisi bangsa. Tanggung jawab itu sekarang berada di pundak kalian. Negara tidak bisa terlalu lama menunggu. Tidak ada kata terlambat. Mari berjuang bersama, bersatu dan berpadu mengubah kondisi negeri ini menuju ke arah perubahan yang lebih baik. Satukan tekad, bulatkan kemauan tuk mengubah negeri ini dan tetap gaungkan semangat memberantas korupsi yang telah lama menjangkiti bangsa.

Pemuda bersatu, tiada terkalahkan!!!.(udie)

No Comment